Rabu, 01 September 2010

"Total footbal"



Total Footbal!
Oleh Aang Kusmawan


Kursi-kursi  plastik yang jumlahnya kurang lebih sepuluh itu di tata setengah lingkaran. Didepannya di simpan sebuah meja yang dilengkapi dengan kursi yang juga dari plastik. Hari itu, tanggal 12 Maret, pukul 14:00 dewan guru Madrasah Aliyah (MA) Sukasari Kabupaten Bandung akan mengadakan rapat persiapan menghadapi UN.

Penyelenggaraan UN itu sendiri akan berlangsung dari tanggal 22-28 Maret 2010. Hal ini berarti kurang dari sepuluh hari lagi UN akan diselenggarakan. Idealnya sepuluh hari menjelang pelaksanaan UN seharusnya sudah tidak ada lagi kegiatan selain menyiapkan peserta didik secara fisik dan mental. Bahkan jika berkaca pada sekolah-sekolah lain, khususnya di perkotaan, minggu-minggu terakhir menjelang UN adalah masa tenang di mana aktivitas pembelajaran sudah ditiadakan. Kalaupun ada kegiatan, paling kegiatan tersebut adalah bimbingan mental peserta didik berupa doa bersama dan motivasi diri.

Multi Talenta
Rupa-rupanya hal tersebut tidak berlaku di MA Sukasari. Karena beberapa hal, salah satunya adalah kesibukan dewan guru yang memang rata-rata tidak hanya berprofesi sebagai seorang guru dan juga tidak hanya mengajar di satu sekolah saja akhirnya rapat tersebut baru terlaksana hari itu. Selain berprofesi sebagai guru, mayoritas dewan guru di MA Sukasari berprofesi sebagai petani, menjadi guru di sekolah lain dan ada beberapa yang menjadi ustadz dan mubaliq di tingkatan desa dan kecamatan.

Misalnya Ustadz Yayan Taryana (35), selain mengajar bahasa arab , ustadz yang satu ini juga tercatat sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) desa Cibereum, desa tempat MA Sukasari berada. Selain ustadz Yayan, ada satu lagi ustadz Lukmanul Hakin (28), ustadz yang satu ini selain dikenal sebagai mubaliq yang gigih dan mengajar quran hadist juga berprofesi sebagai petani kentang. Bahkan kepala MA sendiri, yakni H.Asep Syarifullah (50), selain berpofesi sebagai petani kentang juga mengajar di sekolah lain.

Selain berprofesi sebagai petani dan ustadz, ada juga beberapa guru yang bekerja di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyelesaikan skripsi. Dadan Ramdan, alumnus jurusan fisika IKIP Bandung itu “di paksa” mengajar diluar kompetensinya sebagai guru fisika, dia “di paksa” untuk mengajar matematika dan bahasa Inggris. “ ya, bukan artinya saya pintar dalam matematika dan bahasa inggris, tapi mau bagaimana lagi, dari pada siswa tidak belajar, saya punya sedikit ilmu, saya sebarkan, harapanya ilmu saya bertambah” begitu kata Dadan Ramdan di suatu kesempatan ketika berdiskusi dengan penulis. Selain mengajar, Dadan Ramdan juga di kenal sebagai aktivis sebuah LSM di kabupaten Bandung. Dia kalangan LSM di dikenal sebagai aktivis yang milititan dan dermawan.

Sedangkan guru yang juga sekaligus sebagai mahasiswa tingkat akhir tercatat ada dua orang. pertama, adalah penulis sendiri dan kedua adalah Sofian (24) guru mata pelajarn Geografi. Selain aktif mengajar dan menyelesaikan skripsi, Fian, nama pangilan Sofian juga tercatat sebagai anggota aktif Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) JANTERA, sebuah UKM pencinta alam tingkat jurusan yang kiprahnya dalam dunia pencinta alam tidak ada yang meragukan.

Ya, itulah kondisi guru-guru di MA Sukasari yang sebenar-benarnya. Jika diibaratkan sebuah tim sepabola, maka MA Sukasari adalah tim yang dipenuhi pemain-pemain yang mempunyai bakat tidak hanya satu alias multi talenta.Ya, dewan guru di MA Sukasari bisa dan biasa bermain di segala posisi. Semuanya akan ditentukan oleh situasi dan kondisi memang!

Strategi gagal

Jarum jam menunjuk pada angka 14:30, itu artinya sudah sepuluh menit waktu yang telah ditentukan terlampaui. Tanpa basa-basi kepala sekolah langsung membuka rapat tersebut dengan mengajak semua dewan guru mengucapkan basmalah secara bersama-sama dan langsung menyampaikan salam untuk semua dewa dewan guru yang sudah hadir ” baik, bapak/ibu sekalian pada kesempatan rapat kali ini kita akan membahas mengenai persiapan UN yang sudah didepan mata. Pertama, kita akan bahas dulu hasil pemantapan yang selama ini dilakukan dengan mengacu pada hasil Try out yang sudah dilakukan satu minggu kebelakang, dan yang kedua adalah membahas strategi dan taktik kita dalam mempersiapakn peserta didik, selama satu minggu kedepan” itulah agenda yang ditawarkan oleh kepala sekolah. Tanpa ada sanggahan lagi seluruh dewan guru mengamini tawaran tersebut.

Sesaat setelah itu kepala sekolah langsung memberikan sedikit tanggapan atas hasil try out enam mata pelajaran yang akan di ujikan pada UN. Sebagai salah seorang guru yang mengajarkan salah satu mata pelajaran yang di UN kan pada pemantapan yang dilaksanakan, penulis sangat miris melihat hasil try out tersebut. Dari enam mata pelajaran yang di ujikan, hanya dari salah satu mata pelajaran saja, yakni pelajaran sosiologi, dua mahasiswa berhasil lulus dengan melebih standar angka kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah, yakni lima koma lima. Pada lima mata pelajaran lainya tidak ada satupun siswa yang tercatat lulus. Semuanya di bawah standar kelulusan yang telah ditetapkan.

Bahkan jika dirata-ratakan setiap mata pelajaran yang di UN kan tidak ada satupun yang menembus angka lima koma lima. Semuanya di bawah lima. Nilai UN tertinggi di peroleh siswa dari mata pelajaran sosiologi dengan angka 6, 4 dan angka terendah diperoleh dari mata pelajaran matematika dan ekonomi. Hasil yang cukup menghawatirkan memang. Namun apapun yang terjadi itulah fakta yang diperoleh oleh peserta didik di MA Sukasari.

“ Untuk pelajaran bahasa Indonesia, kesulitan anak-anak memang terletak pada pemahaman wacana. Mereka tampaknya kelelahan membaca wacana yang banyak terdapat dalam try out kemarin, sehingga ketika mereka akan menjawab soal lain di luar soal wacana mereka kelelahan dan lagi saya melihat mereka banyak terjebak pada karakter soal yang cenderung mengecoh. Jika anak-anak tak hati-hati menjawab maka sering terjadi kesalahan memaknai pertanyaan soal tersebut” seperti itu masalah sekaligus evaluasi yang di ungkapkan oleh Ade Komaludin (40), guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas dua belas.

Selanjutnya, Ade komaludin memberikan penjelasan lain, selain memberikan materinya dia juga selalu memberikan strategi dan taktik dalam menjawab soal yang di UN kan, dan juga dia selalu memberikan motivasi kepada setiap anak agar semangat dalam menghadapi UN. Terutama dalam menghadapi keberhasilan dan kegagalan UN. Ade Komaludin selalu menjelaskan kepada siswa agar selalu minta doa kepada kedua orang tua dan dewan guru, karena doa daru kedua pihak tersebut adalah doa yang mujarab dan disukai oleh allah SWT.

Selanjutnya kepala sekolah mempersilahkan penulis untuk memberikan pendapatnya mengenai pelaksanaan try out. Untuk mata pelajaran ekonomi sendiri hasil try out memang menunjukan capain angka yang tidak menggembirakan. Nilai tertinggi dari try out yang dilakukan mencapai angka empat koma saja, dan dari itupun hanya dua orang saja yang mampu menembus angka tersebut, selebihnya di bawah empat.
Jikapun mau diuraikan satu persatu kemungkinan penyebab hal itu terjadi, maka akan banyak hal yang menjadi factor penyebabnya. Dari fasilitas sampai dengan proses pembelajaran sehari-hari bisa dijadikan sebagai faktor penyebabnya. Akan tetapi jika mau menyebutkan faktor utama, maka besar kemungkinan ada dua faktor utama yang menjadi penyebabnya. Pertama, adalah proses belajar mengajar di kelas dan kedua adalah prosentase kehadiran siswa dalam mengikuti pemantapan..

Proses belajar mengajar di kelas merupakan faktor pokok keberhasilan siswa dalam mencapai angka yang diinginkan. Proses kegiatan belajar mengajar ini akan sangat ditentukan oleh prosentase tatap muka antara guru dan murid. Asumsinya, semakin banyak proses tatap muka antara siswa dengan guru maka akan semakin baik hasil yang di capai. Selain tatap muka, faktor penunjangnya adalah tugas terstruktur dan tugas tidak struktur yang diberikan oleh guru selama proses belajar di kelas dan proses belajar di luar kelas.

Dalam konteks mata pelajaran ekonomi di MA Sukasari, asumsi-asumi tersebut tampaknya tidak terpenuhi dengan maksimal. Dari hasil pembicaraan dengan murid-murid di kelas dua belas, penulis mendapatkan sebuah cerita sekaligus fakta yang cukup tidak menggembirakan.

Selama satu tahun ini, khusus untuk mata pelajaran ekonomi kehadiran guru dan proses tatap muka di kelas sangat jarang dilakukan. Jikapun mau dirata-ratakan maka kehadiaran guru ekonomi adalah satu bulan sekali dari yang seharusnya satu bulan empat kali pertemuan. Hal itu juga perlu dibarengi dengan catatan bahwa setiap satu kali kehadiran tersebut menghabiskan waktu sebanyak tiga jam mata pelajaran. Artinya, empat kali jam pertemuan yang seharusnya di pisah-pisah menjadi empat kali pertemuan di satukan menjadi satu kali pertemuan saja.

Dus, bisa terbayang seperti apa efektivitas proses pembelajaran yang dilakukan jika scenario pembelajaran seperti itu.” Nya muhun pak, upami dinten sabtu mah uih sakola teh mastaka abi mah leres-leres ngebul pisan. Ti mimiti lebet dugi kaluar teras we diajar ekonomi anu seurna itungan geuning. Ampun pak ah abimah” seperti itu ucapan yang keluar dari salah seorang murid yang di tanya oleh penulis mengenai proses pembelajaran seperti itu.

Selain proses belajar mengajar. Faktor penentu lainya adalah prosentase khadiran siswa dalam melaksanakan pemantapan. Lagi-lagi dalam hal ini, prosentase kehadiran siswa cukup rendah. Dari dua puluh lima jumlah siswa kelas 12, hanya sekitar lima belas orang saja yang tercatat rutin mengikuti kelas pemantapan. Selebihnya kadang mengikuti kadang tidak, bahkan kecenderungan sering tidak mengikuti kelas pemantapan. Bahkan ada satu siswa yang belum pernah satukalipun mengikuti kelas pemantapan. Dan jika mau melihat secara lebih dalam lagi, ternyata prosentase siswi perempuan dalam mengikuti kelas pemantapan ini lebih tinggi dari peserta laki-laki. Dari catatan penulis, hanya tiga orang saja siswa laki-laki yang rutin mengikuti kelas pemantapan.

Ada banyak faktor yang diduga menjadi latar belakang hal tersebut. Pertama, adalah waktu penyelenggaraan dan kedua adalah aktifitas siswa sekolah. Waktu penyelenggaran pemantapan di MA Sukasari, khususnya mata pelajaran ekonomi di bagi dalam dua waktu. Untuk kelas laki-laki penyelenggaraan pemantapan dilaksanakan setiap malam jumat dari pukul 20:00-22:00 sedangkan kelas perempuan dilaksanakan setiap hari jumat dari pukul 09:00-11:00.

Latar belakang kenapa ada pemisahan tersebut adalah karena aktiftas siswa laki-laki cukup padat. Di pagi hari, siswa laki-laki diharuskan membantu orang tuanya berkebun, karena memang mayoritas orang tua siswa di MA Sukasari adalah petani. Selebihnya adalah pedagang dan Bandar sayuran kecil. Oleh karena itu waktu malam menjadi waktu yang cukup ideal.

Akan tetapi pada faktanya hal tersebut tidak terlalu berpengaruh secara signfikan. Prosentase kehadiran masih saja minim, dari dua belas siswalaki-laki, rata-rata siswa yang konsisten hadir hanya tujuh orang. hal itupun dibarengi dengan catatan jika malam hari tidak turun hujan. Jika malam hari turun hujan maka bisa dipastikan kelas pemantapan urung dilaksanakan. Berdasarkan catatan penulis saja, hampir sepuluh kali dalam tiga bulan pelaksanaan pemantapan batal gara-gara hujan turun. Penyebab lain batalnya kelas pemantapan juga karena libur atau faktor siswanya yang malas.

Singkatnya, ternyata pelaksanaan pemantapan di semua mata pelajaran berjalan hampir merata. Prosentase kehadiran kelas pemantapan semua mata pelajaran yang di UN kan semuanya di bawah tujuh puluh persen. Selain itu, dari pembahasan juga diketahui bahwa prosentase kehadiran guru terutama mata pelajaran matematika dan bahasa inggris serta beberapa mata pelajaran lainya juga minim.

Ya, lagi-lagi jika diibaratkan sebuah pertandingan sepakbola, strategi yang diterapkan ternyata belum berhasil menyulap permainan lebih dinamis. Bola tidak bergulir dengan begitu cepat, permainan masih kaku. Gawang lawan masih jauh, hujan gol masih di ujung sauh. Singkat kata, strategi tim MA Sukasari gagal menjadikan permainan dinamis! Apa langkah selanjutnya?

Total footbal

Rapat segera dilanjutkan dengan pembahasan strategi dan taktik penyiapan peserta didik dalam menghadapi UN minggu depan. “Jika menggunakan hitungan hari artinya waktu yang efektif hanya ada enam hari saja, yakni dari hari senin sampai dengan hari minggu, silahkan kepada bapak/ibu yang mau memberikan idenyan terlebih dahulu” begitu ajakan dari kepala sekolah kepada semua dewan guru yang hadir waktu itu.

Dalam beberapa menit tidak ada satupun yang mulai berbicara. Entah kenapa, akan tetapi kemungkinan besar mayoritas dewan guru sedang berpikir dengan cukup keras dengan mempertimbangkan beberapa hal. Pertimbangan waktu yang sedemikian mepet dan kondisi psikologis siswa tampaknya menjadi pertimbangan utama.

Semua dewan guru, termasuk penulis sendiri tampaknya berpikiran tidak jauh beda. Secara psikologis, jika mengarahkan siswa untuk terus belajar di sisa satu minggu ini maka kondisi psikologis siswa akan betul-betul terkuras. Siswa-siswi akan mengalami kelelahan. Jika hal ini diterapkan, artinya waktu istirahat yang tersedia untuk siswa-siswi hanya satu hari saja yaitu hari minggu. Pertanyaan pentingnya, apakah waktu satu hari untuk beristirahat itu cukup merefresh otak dan fisik siswa-siswi? Sementara di sekolah lain, seminggu sebelum UN seluruh siswa-siswinya diliburkan, bahkan di sekolah yang mempunyai “modal” banyak mereka mengadakan program bimbingan motivasi secara khusus untuk menyiapkan mental peserta didiknya. Sungguh bukan sebuah pekerjaan yang mudah ketika kita diharuskan mengambil sebuah kebijakan dan keputusan di tengah segala keterbatasan dan kekuarangan yang tidak bisa ditutupi lagi. Sementara itu jarum jam sudah menunjuk pada angka 16:00. Sepertinya, hari ini waktu bergulir lebih cepat dari biasanya.

Selang beberapa menit kemudian, Badru, guru mata pelajaran quran hadist yang juga dimanahi sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan memecah keheningan dan kebekuan itu. Menurutnya, dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan, mau tidak mau, suka tidak suka, waktu yang tersisa selama satu minggu ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.


Tampaknya pertimbangan psikologis yang dipaparkan diatas tidak kemudian menjadi pertimbangan utama bagi Badru. Tidak maksimalnya proses pembelajaran yang dilakukan, terutama untuk tiga mata pelajaran utama yang di UN kan, yakni matematika, bahasa inggris serta ekonomi yang tidak maksimal merupakan pertimbangan utama kenapa waktu satu minggi kedepan harus dimaksimalkan. “ walaupun waktu satu minggu jelas tidak akan cukup untuk menambal kebolongan, akan tetapi minimalnya selama satu minggu tersebut siswa-siswi mendapatkan tambahan masukan dalam menyelesaikan setiap soal UN” begitu ujar Badru dengan begitu jelas dan cukup lantang, seperti sifatnya yang memang tegas namun juga cukup kalem dalam berpenampilan.

Apa yang di ucapkan oleh Badru, kemudian diamini oleh guru yang lain. Yanto, guru sosiologi sekaligus guru teknologi informasi komunikasi (TIK) lulusan jurusan sosiologi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Jati itu sangat sepakat dengan yang diucapkan oleh Badru. Namun pertanyan kemudian adalah dengan strategi dan taktik seperti apa kita akan menggunakan waktu satu minggu yang tersedia tersebut. Selain itu, Yanto juga tetap memandang penting waktu istirahat untuk siswa-siswi. “ walaupun waktu kita sangat mepet, saya memandang bahwa istirahat merupakan hal yang penting untuk peserta didik, selain istirahat yang tidak kalah pentingnya juga adalah sesi motivasi dan pembinaan rohani siswa-siswi. Hemat saya, hal itu tidak bisa di lewatkan dan juga tidak bisa diganti dengan apapun” begitu ujaran Yanto dengan begitu datar dan jelas.

Ditengah situasi tersebut, penulis mengambil inisiatif untuk mengemukan ide.Dengan intonasi yang cukup jelas, penulis memberikan pandangan kepada forum rapat. Jika kita melihat waktu yang tersedia adalah enam hari, lalu kita kaitkan dengan jumlah mata pelajaran UN berjumlah enam mata pelajaran, maka skemanya bisa dilakukan adalah skema tiga lawan tiga. Artinya tiga hari siswa-siswi kembali melakukan simulasi UN dengan menjawab soal-soal try out yang disediakan, dan tiga hari berikutnya digunakan untuk membahas setiap soal yang di Unkan. Jika menggunakan skema seperti itu, maka waktu istirahat hanya tersedia satu hari saja, yaitu di hari minggu.selain itu, skema ini juga dibarengi dengan catatan bahwa hari selasa depan yang berjatuhan dengan hari raya nyepi di pakai untuk melaksanakan try out. Dan jika dikaitkan dengan sesi motivasi dengan motivasi dan bimbingan rohani bagi siswa-siswa hemat saya bisa dihari minggu, atau akan lebih efektif jika itu dilakukan malam hari. Malam minggu mungkin merupakan waktu yang pas untuk dijadikan sebagai malam bimbingan dan malam motivasi bagi siswa-siswa. Dan jika itu jadi diterapkan, artinya selama satu minggu kedepan siswa-siswi tidak akan mempunyai waktu lung yang terlalu banyak. Ya, hari-hari minggu depan adalah Hari perjuangan. Hari-hari perjuangan penghabisan mungkin ungkapan yang lebih tepat.Terdengar riuh rendah suara dewan guru sedang berbincang dengan masing-masing guru. Mereka saling bertanya antara satu sama lain mengenai pandangan yang penulis lontarkan tadi.

Tiga menit kemuidan riuh rendah itu berhenti. Masing-masing guru mengangukan kepalanya tanda sepakat dengan ide yang saya lontarkan. Beriringan dengan itu, kepala sekolah mengajak forum rapat untuk langsung membahas masalah teknis persiapan rencana yang telah disepakati tersebut.

Akan tetapi sebelum pembahasan masalah teknis itu di mulai, ustad Lukmanul Hakim meminta ijin untuk berbicara. “ khusus untuk pembinaan mental siswa-siswi, saya mengusulkan pelaksanaanya malam minggu saja, selain itu saya juga mengusulkan agar penyelenggaraan tidak hanya mengundang dewan guru, semua peserta didik serta orang tua siswa, akan tetapi juga di ikuti oleh seluruh peserta didik dari kelas satu sampai kelas tiga. Salah satu alasan pentingnya adala menjaga kebersamaan antar seluruh siswa. Dan untuk bentuk acara bimbingan spiritual dan motivasi tersebut ijinkan saya dan ustad Yayan akan membuat konsep acaranya” terlihat Ustad Lukmanul Hakim sangat bersemangat. Dalam hati penulis berguman, mungkin ustadz Lukmanul merasa harus melakukan sesuatu yang sangat berarti untuk peserta didik sebelum mereka maju ke medan perttandingan. Penulis acungakan topi untuk Ustadz Lukmanul Hakim.

Kepala sekolahpun langsung membahas pengaturan teknis pelaksanaan tersebut. Penulis sendiri kebagian tugas mengawas pelakasanaan try out pada hari kamis dan pembahasan soal pada hari sabtu. Pembahasan masalah teknis selesai dengan sangat cepat. Entah karena memang guru-guru sudah mempunyai komitmen yang sama untuk mendukung habis-habisan peserta didik atau mungkin alasan ada alasan lain selain itu. entahlah penulis tidak bisa menjawab hal itu. itu tidak terlalu penting mungkin, yang paling penting adalah rencana untuk mendukung habis-habisan siswa-siswi MA Sukasari untuk menghadapi UN telah selesai dilaksanakan.

Dengan tersusunya strategi dan taktik untuk menghadapi UN itu artinya seluruh strategi dan taktik untuk “ memenangkan pertandingan” sudah di keluarkan, tidak ada lagi srategi dan taktik yang tersisa di otak, semuanya sudah dikeluarkan tanpa kecuali, dan penulis pun berguman “ mungkin inilah yang dinamakan dengan strategi total football yang digunakan oleh tim nasional belanda dulu kala” ah semoga saja strategi ini tidak kemudian menjadi petaka minggu depan.

Jarum jam menunjuk pada angka 17:17 hal itu berarti hari sudah menginjak sore, dan sebentar lagi malam akan segera terjelang. Tanpa basa-basi kepala sekolah langsung menutup rapat. Seluruh dewan guru saling bersalaman sambil membacakan salawat. Suasan yang cukup mengahrukan memang. Dewan guru segera meninggalkan ruangan, dan rapatpun benar-benar usai. Tinggal kursi-kursi dan puntung rokok yang berserakan di asbak saja yang ditinggalkan. Penulispun segera meninggalkan ruangan tersebut. Sementara itu dari kejauhan terlihat kabut tipis mulai menuruni punggung bukit yang agak landai. Tidak terasa dinginpun mulai menyelinap menghinggapi rongga-rongga kulit. Suasana sekolah cukup sunyi. Selamat berjuang murid-muridku, semoga kalian pulang dengan membawa kemenangan bagi kalian dan bagi semua. Doa itu akan selalu ada bersama kalian sampai kapanpun dan dimanapun!

Sukasari Februari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar