Rabu, 01 September 2010

"Mereka yang membangun mimpi dari atas gunung"

OSIS MA Sukasari
Mereka Yang Membangun Mimpi Dari Atas Gunung
Oleh Aang Kusmawan

“ Setiap hari saya hampir tidak punya waktu luang yang banyak untuk main. Saya bangun setiap hari pukul 4: 30. Setelah itu saya cuci muka, dan shalat subuh. Memerah susu sapi di setiap pagi buta menjadi pekerjaan rutin setiap hari. Agak siang sedikit, saya sudah harus pergi mengambil rumput untuk makanan sapi. Setelah itu istirahat sejenak untuk kemudian berangkat sekolah. Sepulang sekolah saya memberi makan sapi, lalu istirahat dan mengerjakan tugas-tugas dari sekolah. Setelah itu tidur. Seharusnya saya sore tadi mencari rumput, tapi karena saya ingin punya banyak pengetahuan, saya rela tidak mencari rumput. Saya ingin punya banyak pengetahun. Saya ingin di masa depan nasib saya berbeda dengan bapak saya. Saya ingin menjadi orang kaya yang membahagiakan keluarga saya” (Gunung wayang, 30 Februari 2010, pukul 23:23 wib)

Kata-kata diatas mengalir lirih dari mulut Atep Alimudin (17) Salah seorang peserta pelatihan dan lokakarya perumusan program OSIS MA Sukasari. Kata-kata itu di ucapkan di sesi citra diri. MA Sukasari adalah satu-satunya MA yang berada di kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Satu kecamatan yang berada di dataran tinggi Bandung selatan. Posisinya diapit oleh deretan pegunungan yang lereng-lerengnya dijadikan sebagai perkebunan teh dan palawija.

Di musim tanpa beda

Dua hari itu, dari mulai pukul 19:00 tanggal 29 Februari 2010 sampai dengan menjelang siang tanggal 30 Febuari siswa-siswi MA Sukasari yang tergabung di OSIS melaksanakan pelatihan dan lokakarya program kerja untuk satu tahun kedepan.

Jarum jam baru menunjuk pada angka 18:30. Peserta sudah mulai berdatangan. Celana abu-abu yang dipakainya terlihat tidak terlalu jelas. Tersamarkan oleh cahaya malam. Hanya warna baju yang mereka pakai saja terlihat jelas. Hitam pekat.

Secangkir kacang hijau, segandu gula aren, seruas jahe dan seikat kayu bakar segera mereka serahkan kepada panitia. Seperti halnya celana abu dan pakaian hitam, kesemuanya itu adalah syarat lain untuk mengikuti pelatihan ini.” Sebenarnya kalau dana dari kas OSIS memadai kami enggan meminta lagi kepada anggota, tapi karena kas OSIS saat ini hanya ada dua puluh lima ribu rupiah saja, maka kami terpaksa melakukan ini” begitulah kurang lebih alasan yang di kemukakan oleh Fahad Firmansyah, ketua OSIS yang baru saja terpilih, tentang kenapa seluruh peserta di wajibkan untuk membawa seluruh persyaratan itu.

Udara dingin mulai terasa. Asap tipis selalu keluar dari mulut tatkala membuang napas. Cuaca dingin di Sukasari hampir sama dengan cuaca dingin di tempat-tempat lain yang berada didaerah dataran tinggi, seperti Lembang, Ciater, Ciwidey dan Pangalengan.

Seluruh peserta mulai dibariskan di atas lapangan sekolah yang baru saja di pasangi paping blok. Sejenis lantai dari beton berbentuk segi enam “ dengan lantai paping blok kami merasa lebih nyaman. Tidak takut lagi oleh tanah yang basah dan becek. Kami merasa lebih percaya diri” begitu kata Raga M Azij (17) salah seorang peserta pelatihan tersebut.

Maklum saja mereka sangat nyaman berdiri di atas paping blok, karena selama lebih dari tiga puluh tahun lapangan sekolah berlantai tanah, yang apabila musim hujan datang akan basah dan becek juga licin, sehingga tak jarang peserta didik harus pulang lagi sebelum pembelajaran di mulai, karena terpeleset hingga akhirnya seragam mereka belepotan dengan tanah. Sedangkan pada musim kemarau tanah tersebut sering kali berdebu. Di Sukasari, musim hujan dan musim kemarau rasanya sama saja. Tidak ada bedanya.

Pemasangan lantai dengan paping blok baru bisa di lakukan pada tahun ini. Tepatnya satu minggu sebelum acara pelatihan itu dilaksanakan. Hal itu juga dibarengi dengan catatan, bahwa dana pemasangan paping blok itu bukan berasal dari siswa dan sekolah, akan tetapi berasal dari “uang gempa”.

Uang gempa adalah istilah yang dipakai oleh masyarakat setempat untuk menyebutkan uang yang berasal dari pemerintah sebagai ganti rugi atas perumahan yang rusak oleh gempa kuat beberapa bulan yang lalu. Daerah Sukasari yang berada di kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung adalah kecamatan dengan kerusakan cukup parah. Selain dari uang gempa, penerapan paping blok tersebut mendapat bantuan tenaga dari para donatur yang selama ini masih murah hati dalam menyumbangkana materi dan tenaganya.

Mulai membangun

Jumlah keseluruhan peserta pelatihan tersebut ada tiga puluh dua orang. Selain di dominasi oleh peserta dari kelas satu, juga di dominasi oleh peserta perempuan. Peserta laki-laki kurang lebih berjumlah sepuluh orang. Hal ini wajar, karena dari seratus murid di MA Sukasari, enam puluh lima persennya adalah murid perempuan dan sisanya adalah laki-laki. “ pandangan masyarakat didaerah ini masih belum terbuka Pak. Untuk kaum laki-laki mereka lebih diarahkan untuk membantu orang tua mereka bertani palawija. Pandangan bahwa sekolah hanya buang-buang biaya saja masih kuat di masyarakat sekitar” begitu bisikan Dadan Madani (30) di telinga saya. Dadan Madani adalah rekan guru yang ditugaskan untuk memfasilitasi siswa-siswi membuat program kerja.

Segera setelah mereka berbaris dilapangan, Dadan memberikan pengarahan. sesuai dengan kapasitasnya sebagai pembimbing kesiswaan yang mewakili wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang pada kesempatan itu berhalangan hadir. Selang berapa menit kemudian, seluruh peserta membubarkan diri. Semuanya menuju ruang kelas yang sudah disediakan panitia.

Tidak seperti biasanya, pelatihan dan lokarya yang dilakukan OSIS MA Sukasari hanya ada satu kali penyampaian materi. Selebihnya peserta lebih aktif dalam menjalankan pelatihan. Bersama dengan dewan guru dan pengurus OSIS pelatihan dan lokakarya tersebut dirancang agar peran-peran guru di minimalisir dan peran-peran siswa diperluas. “ Biarkan mereka mulai membangun mimpinya sendiri pak. Kita hanya membantu saja untuk menunjukan peta jalanya kepada mereka” begitu kata Khadafi Safari Hadi (27). Salah seorang guru yang sama ditugaskan waktu itu.

Penyampaian materipun segera di mulai. Seluruh peserta antusias menyimak paparan materi. Cuaca dingin tidak terlalu terasa pada sesi itu. Selain karena seluruh peserta berada alam satu ruangan juga karena kapasitas kelas yang tidak terlalu besar seluruh peserta agak berdesak-desakan sehingga hawa dingin tergantikan oleh hawa panas dari masing-masing tubuh peserta.

Materi yang disampaikan mengenai bagaimana cara membuat sebuah program kerja yang baik dan benar. Paparan materi dimulai dengan penjelasan tentang pembuatan Visi dan misi organisasi lalu diteruskan dengan penjelasan mengenai analisa diri yang dalam hal ini menggunakan analisa SWOT, lalu terakhir adalah penjelasan mengenai cara mengimplementasikan visi, misi dan analisa SWOT tersebut kedalam program kerja rutin di organisasi.

Pertanyaan demi pertanyaan mengalir cukup deras. Pada umumnya pertanyaan berkutat dalam wilayah defenisi dan wilayah-wilayah teknis menurunkan visi, misi analisa SWOT ke dalam program OSIS. Derasnya pertanyaan yang mengalir membuat perasaan semakin bersemangat dan opitimis bahwa seluruh peserta akan mendapatkan pemahaman yang maksimal sehingga pada akhirnya mereka akan mendapatkan pengetahuan baru. Semoga saja dengan bekal materi yang didapatkan sekarang mereka akan bisa membangun mimpi yang lain. Membangun mimpi untuk menjadikan nasibnya lebih baik dari sekarang, seperti yang di ucapkan oleh Atep di awal tulisan ini.

Tidak terasa sesi penyampaian materi sudah berlangsung lebih dari dua jam. Jarum jam dinding menunjuk pada angka setengah sepuluh. Peserta masih antusias, akan tetapi mengingat masih ada satu sesi lagi setelah ini yaitu sesi citra diri maka penulis segera menyudahi sesi pemaparan materi ini. Sesi ini ditutup dengan pemberian motivasi untuk terus berorganisasi kepada seluruh peserta pelatihan dan tepuk tangan bersama.

Mengenali diri

Bagi penulis sendiri, sesi citra diri adalah sesi yang paling menarik. Dalam sesi tersebut setiap peserta bercerita secara jujur mengenai kondisi dirinya yang sebenarnya. Biasanya dimulai dengan cerita tentang diri seseorang, tanggal tempat lahir lalu beranjak ke pendidikan serta organisasi yang pernah di ikuti.

Setelah itu kemudian di lanjutkan mengenai kondisi keluarga. Apakah keluarganya harmonis atau tidak, miskin atau kaya menjadi hal yang biasanya selalu muncul tanpa pernah terlewatkan. Apakah dia berasal dari keluarga yang kondisi rumah tangganya kacau ataukah sebaliknya, berasal dari keluarga yang kondisis rumah tangganya baik-baik saja.

Dan terakhir, biasanya bercerita mengenai harapan dan komitmen seseorang dalam menjalankan organisasinya. Berapa persen komitmen dia untuk organisasi adalah pertanyaan penting untuk di jawab dalam sesi itu. Sesi citra diri ini menjadi lebih menarik tatkala diakhir cerita tentang dirinya tersebut di adakan sesi Tanya jawab. Akan tetapi mengingat efisiensi waktu biasanya di batasi hanya satu pertanyaan saja. Tentu saja pertanyaanya harus berbobot.

Bagi sebuah organisasi, posisi citra diri menjadi penting. Dengan citra diri, setidaknya organisasi akan mendapatkan sebuah masukan mengenai satu individu secara utuh. Dengan mengetahui kondisi individu secara utuh maka organisai bisa memberikan dan mengarahkan anggotanya secara utuh pula. Harapanya, arahan dari organisasi bisa mewujudkan mimpi mereka dan mimpi organisasi, karena pada hakikatnya keinginan organisasi adalah keinginan individu dan keinginan individu adalah keinginan organisasi.

Mendongak ke atas langit, bintang tampaknya sedang enggan menampakan dirinya. Hanya kumpulan awan hitam yang tidak terlalu pekat saja yang terlihat. Selebihnya adalah bulan yang tidak terlalu terang cahanya. Jarum jam menunjuk pada angka 22:00, seluruh peserta pelatihan telah di bagi dalam tiga kelompok besar. Mereka akan melakukan ritual citra diri dengan di bimbing oleh tiga orang guru. Dadan Ahmad Madani, Khadapi Safari Hadi, dan penulis sendiri adalah tiga pembimbing tersebut.

Penulis sendiri membimbing kelompok satu, Dadan membimbing kelompok dua dan Khadafi membimbing kelompok tiga. Tiga kelompok besar pun segera mencari posisi yang nyaman. Ruang kelas menjadi pilihan utama untuk melaksanakan sesi citra diri karena udara dingin tidak terlalu terasa di dalam kelas.
Satu demi satu peserta menceritakan kondisinya masing-masing. Ceritanya sungguh beragam. Jikapun mau menarik kesimpulan dari berbagai cerita, maka kesimpulanya adalah seluruh peserta sesi citra diri itu merupakan pekerja keras yang tak pernah lelah bermimpi.

Rata-rata dari mereka adalah anak petani kecil dan peternak. Aktifitas yang dijalankan oleh Atep di awal tulisan di alami juga oleh mayoritas anak-anak yang lain. Semuanya hampir tidak punya waktu bermain yang luang. Bagi mereka waktu menjadi sangat berarti. Bahkan sebagian dari mereka seringkali beranggapan waktu selalu mengalir dengan begitu cepat. Waktu telah betul-betul menjadi hal yang cukup berarti. Bagi mereka tidak ada istilah bermalas-malasan, karena bermalas-malasan bagi mereka adalah sebuah ancaman. Sebuah kerugian yang akan sulit untuk di ganti.

Bagi mereka mengalirnya waktu sama seperti mengalirnya mata air yang sering mereka pakai untuk mandi dan keperluan lainya. Begitu deras begitu lurus juga begitu jernih. Di tengah kondisi tersebut, mayoritas dari mereka mempunyai mimpi yang seragam. Menjadi orang yang sejahtera dan membahagiakan orang tua. Sangat sederhana. Bagi mereka kehadiran negara tidaklah terlalu penting. Cita-cita untuk membangun bangsa dan negara posisinya selalu di ucapkan setelah membangun dirinya sendiri dan membangun keluarganya.

Begitulah sesi citra diri itu mengalir seperti mata air pegunungan yang tenang dan jernih. Seluruh peserta menceritakan seluruh kisahnya tanpa tedeng aling-aling. Sungguh pengalaman yang sangat menarik dan berkesan.

Malam semakin larut. Jarum jam menunjuk angka 00:00. Hal ini berarti hari telah berganti. Tanggal 29 akan segera di mulai pada esok hari. Sungguh sebuah malam yang tidak sia-sia. Seiring dengan pergantian hari tersebut, sesi citra diri itu berakhir. Seluruh peserta kemudian perlahan keluar dari ruang-ruang kelasnya masing-masing. Raut muka masing-masing peserta cukup beragam. Ada sedikit yang terlihat ngantuk, namun tidak sedikit juga yang terlihat sumringah dan optimis.

Sedikit mendongak ke atas langit, bintang-bintang tampak sudah menampakan dirinya. Kilauan cahayanya terlihat cukup benderang. Selain itu, bulan yang beberapa jam lalu tidak terlalu bersinar terang, sekarang sudah bersinar lebih terang. Tak urung lagi kondisi seperti ini membuat hati penulis bergumam “ semoga terangnya cahaya bintang dan bulan malam ini menjadi pertanda baik. Semoga mimpi yang dibangun oleh anak-anak itu akan menjadi kenyataan di kemudian hari. Amiin” malam itu rasanya menjadi malam yang sangat indah.

Visi dan misi

Jarum jam menunjuk angka 5:30 ini artinya subuh baru saja berlalu. Hawa pagi dan malam di Sukasari tidak terasa berbeda. Sama-sama dingin. Seperti biasa asap tipis selau keluar tatkala mengeluarkan napas dengan menggunakan mulut.

Cuaca dingin di pagi hari biasanya akan menyebabkan orang-orang malas beraktifitas di pagi hari. Akan tetapi berbeda dengan di Sukasari pagi ini, seluruh peserta tampaknya telah akrab dengan dingin udara pagi. Hampir seluruh peserta sudah terjaga. Mereka semua bergerombol di samping lapang sekolah. Tampaknya mereka sedang asik menunggu bubur kacang yang tampaknya tidak lama lagi akan matang.
Beberapa menit setelah mereka menunggu, hidangan bubur kacang itu telah betul-betul masak. “ bapak bade bubur kacang, ku abdi pang nyandakeunnya, urang emamna sasarengan, supados raos.he.he” seperti itu Rani (17) peserta dari kelas X mengajak penulis untuk menikmati bubur kacang bareng-bareng. Suasana akrab memang sudah diciptakan di lingkunan MA Sukasari. Rasa kekeluargaan di antara siswa dan guru masih cukup terjaga dengan baik. Hubungan yang dijalin tidak sebatas hubungan guru dengan murid akan tetapi lebih dari itu. Hubungan antara anak dengan orang tua atau hubungan kakak dengan adik merupakan pola hubungan yang dikembangkan di MA Sukasari.

Selama satu hari penuh seluruh peserta akan melanjutkan pelatihan dan lokakarya. Hari ini mereka akan mencoba membuat visi dan misi OSIS selama satu tahun ke depan setelah itu dilanjutkan dengan melakukan analisis SWOT dan terakhir mereka akan membuat rencana implementasi program selama satu tahun kedepan sesuai dengan bidang-bidang yang ada di OSIS MA Sukasari.
Acara lokakarya segera di mulai, penulis mengajak seluruh peserta untuk mengingat ulang mengenai materi yang sudah disampaikan tadi malam. Ingatan mereka cukup kuat, semuanya ingat dengan materi yang disampaikan penulis malam tadi. Tampaknya mereka sudah siap.

Tanpa berlama-lama lagi segera saja mereka di bagi dalam dua kelompok besar. Kelompok pertama di pimpin oleh Fahad dan kelompok kedua oleh Ginanjar (17). Tugas masing-masing kelompok adalah merumuskan visi dan misi kelompok, setelah itu mereka akan mempresentasikan visi dan misi kelompok nya masing-masing. Harapnya visi dan misi yang di buat oleh kedua kelompok akan di satukan sehingga akhirnya melahirkan satu visi dan misi bersama. Visi dan misi OSIS MA Sukasari. Mereka tidak punya waktu terlalu banyak untuk merumuskan itu semua. Mereka hanya di beri waktu empat puluh lima menit saja.

Waktu terasa cepat berlalu. Suasana di kelas terasa ramai. Kedua kelompok sedang melemparkan argumentasinya masing-masing. Masing-masing merasa bahwa visi dan misinyalah yang paling benar. Argumen yang dibangun keduanya sama-sama masuk akal dan menarik.
Secara mendasar visi kedua kelompok adalah sama. Yakni menjadikan OSIS MA Sukasari sebagai organisasi siswa terbaik. Bedanya satu kelompok berangan-angan menjadikan OSIS MA Sukasari sebagai OSIS terbaik sekabupaten Bandung saja, sedangkan kelompok dua berangan-angan menjadi OSIS terbaik se Indonesia. Cukup menarik.

Tidak lama berselang keduanya mencapai kata sepakat. Entah mungkin mereka sudah kehabisan argumen atau keduanya sudah saling mencapai kata sepakat, mereka akhirnya menyetujui visi OSIS MA Sukasari 2010 adalah “ menjadi OSIS terbaik minimal sekabupaten Bandung dan maksimal se Indonesia dan menjadi panutan bagi organisasi siswa yang lain dan mengharumkan nama sekolah”
Setelah itu, masing-masing kelompok mempresentasikan apa yang menjadi misinya masing-masing.

Karena mereka sudah sepakat dengan visi yang telah di buat. Perdebatan mengenai misi yang akan disetujui tidak terlalu panjang. Lebih banyak penyesuain redaksi saja. Dari hasil pendiskusian ada tiga misi OSIS MA Sukasari selama satu tahun kedepan : pertama, mengembangkan pola pikir kritis, ilmiah dan kreataif dalam menjalankan kehidupan sekolah dan kehidupan organisasi setiap hari. Kedua, menjadikan kejujuran, kebersamaan dan kerja keras sebagai landasan utama OSIS MA Sukasari dalam berkegiatan. Ketiga, meningkatkan kualitas dan pelayanan terhadap angota OSIS MA Sukasari secara rutin.

Terlepas dari tepat atau tidak, visi dan misi yang di buat oleh peserta pelatihan setidaknya telah memberikan gambaran bahwa mereka telah mampu memulai membangun sebuah mimpi. Ya, mimpi yang baik adalah mimpi yang di mulai dengan pembuatan visi dan misi, dan sebaiknya visi dan misi adalah yang di buat secara bersama tanpa ada intervensi dan paksaan dari pihak lain. Dan hari itu, OSIS MA Sukasari telah melahirkan suatu visi dan misi tanpa intevensi. Visi dan misi itu adalah mimpi mereka selama satu tahun kedepan, yang tentu saja mereka sendiri akan mewujudkan mimpi tersebut.

Di Sukasari waktu memang mengalir cepat. Siang terasa agak terik, seluruh peserta baru saja menyelesaikan diskusi kelompok terakahir, yaitu membuat rencana implementasi program. Jarum jam menunjuk pada angka 12:00. hari artinya sudah siang. Sewajarnya jam seperti ini di gunakan untuk makan siang, akan tetapi siang itu berbeda bagi OSIS MA Sukasari. Mereka tidak terlihat lapar dan juga tidak meminya waktu kepada penulis untuk beristirahat. Mereka tampak masih semangat “ Pak, gak usah istirahat ya. Di langsungkan saja. Tanggung kalau istirahatmah” begitu ucap Fahad kepada penulis.
Penulis mengamini omongan tersebut. Selang berapa menit kemudian Fahad meminta penulis untuk menyimak pleno pembahasan program kerja perbidang. Semuan program kerja yang di rencanakan oleh masing-masing anggota bidang di amini oleh penulis. Semuanya logis dan rasional. Penulis sangat salut kepada anak-anal yang tampaknya telah berhasil mengesampingkan rasa lelah mereka dan mengedepankan program kerja yang akan mereka buat.

Dalam setengah jam pleno pembahasan program tersebut selesai. Dan dengan hal itu berarti selesai pula acara pelatihan dan lokakarya program OSIS MA Sukasari selama satu tahun kedepan. Dengan begitu mereka telah mempunyai mimpi bersama selama satu tahun kedepan dan juga memiliki panduan dan rencana aksi mereka dalam mewujudkan mimpi satu tahun kedepan.

Semua peserta pelatihan dan lokakarya telah beranjak dari sekolah. Tinggal penulis sendiri berdiri di depan kelas memegang kamera yang dari kemarin di pakai untuk mendokumentasikan kegiatan. Melihat kembali potret-potret kegiatan anak-anak dari kemarin malam sampai dengan sekarang, penulis melihat wajah-wajah optimis dan jujur yang selalu menawarkan senyum.

“ Tuhan, semoga mereka yang membangun mimpi dari atas gunung ini dapat merealisasikan mimpi-mimpi tersebut. Semoga engkau selalu menganugrahi mereka kerja keras dan senyuman yang tulus dalam menjalankan kehidupanya masing-masing. Semoga apa yang telah dilakukanya selam dua hari ini berguna bagi mereka di masa depan. Semoga nasib mereka tidak sama dengan orang tua mereka” berdoa dan berdoa hanya itu yang bisa penulis lakukan untuk mereka. Untuk anak-anak yang tidak pernah mengenal lelah dalam menciptakan mimpi dan merealisasikan mimpi tersebut.

Tdak terasa, hujan turun perlahan. Lapangan sekolah mulai di basahi oleh air hujan. Penulis yakin hujan ini adalah sebuah pertanda baik bagi mereka yang membangun mimpi di sekolah ini. Dari atas bukit bandung selatan, mimpi itu akan menjadi kenyataan! Dinding-dinding sekolah, paping blok dan papan tulis berwarnai hijau itu kelak akan mejadi saksi bisu bahwa di sini mimpi-mimpi itu telah di buat!

2 komentar: