Kamis, 16 September 2010

"Menyoal sistem kredit semester di sekolah"

Menyoal Sistem Kredit Semester (SKS) Di Sekolah
Oleh Aang Kusmawan
 
Rencana pemerintah untuk menerapkan sistem kredit semester di sekolah seperti yang diberitakan oleh harian ini (KOMPAS, 24 Agustus 2010) akan sulit mendongkrak mutu pendidikan sekolah. Pasalnya, rencana ini ternyata tidak menawarkan konsep yang komprehensif. Sistem kredit semester yang diajukan tidak menawarkan konsep kelulusan yang berbeda dengan sebelumnya. Ujian Nasional (UN) masih menjadi salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan!
 
Tiga konsep
 
Mengacu pada dokumen panduan penyelenggaran sistem kredit semester bagi sekolah yang di keluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2010, ada tiga hal penting yang menjadi titik perhatian : Pertama, perencanaan. Kedua, pelaksanaan. Ketiga, kelulusan.
 
Dalam hal perencanaan, konsep yang dibangun adalah konsep kemandirian. Jika dalam konsep yang biasa diterapkan, sekolah dan guru mempunyai peranan yang dominan, maka dalam konsep ini hal sebaliknya terjadi. Dengan konsep ini siswa bebas menentukan mata pelajaran apa saja yang disesuaikan dengan minat dan bakat siswa itu sendiri.
 
Dari konsep perencanaan tersebut, ada dua hal positif yang bisa diambil. Pertama, relasi antara siswa dengan guru menjadi lebih demokratis. Dengan konsep tersebut memungkinkan adanya ruang dialogis antara siswa dengan guru dalam perencanaan pembelajaran. Hal ini menjadi input positif bagi perkembangan kehidupan demokrasi di sekolah yang tentunya akan berpengaruh positif terhadap atmosfer belajar siswa. Besar kemungkinan dengan atomosfer belajar yang demokratis, siswa akan belajar dengan semangat yang besar.
 
Kedua, adalah atmosfer persaingan antara siswa di sekolah. Dengan konsep perencanaan yang mandiri, setiap siswa akan terpacu untuk berkompetisi dengan siswa lain. Pada prosesnya kompetisi antar siswa ini akan memaksa setiap siswa untuk menjalankan strategi yang tepat dalam memenangkan persaingan tersebut. Efek positifnya, siswa akan terbiasa dengan atmosfer kompetisi sejak awal. Dengan hal ini, ketika siswa keluar dari lingkungan sekolah dia sudah siap berkompetisi dengan kehidupan yang lebih luas.
 
Sedangkan dalam konsep pelaksanaan, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pelaksanan pembelajaran di sekolah seperti biasanya. Hanya saja proses pembelajaran dengan konsep ini dibagai kedalam tiga bagian yang sangat jelas. Bagian pertama adalah berupa pembelajaran tatap muka dengan guru. Waktu yang digunakan untuk pembelajaran tatap muka ini maksimum empat puluh lima menit.
 
Bagian kedua adalah penugasan terstruktur. Di bagian kedua ini, siswa akan  mendalami pembelajaran sendiri dengan panduan yang terlebih dahulu disusun oleh guru. Waktu maksimum dari tugas terstruktur ini ditentukan oleh peserta didik. Sedangkan bagian ketiga adalah tugas mandiri tidak tersktuktur, dalam konsep ini siswa akan memperdalam pembelajaran secara mandiri dengan tidak menggunakan panduan dari guru dan waktu yang tidak ditentukan oleh guru.
 
Setengah hati
 
Dalam konsep kelulusan, BSNP mencantumkan empat syarat. Pertama, menyelesaikan seluruh program pembelajaran. Kedua, lulus untuk semua mata pelajaran yang ditawarkan. Ketiga, lulus ujian madrasah, keempat lulus ujian nasional
 
Secara lebih dalam kita bisa melihat bahwa konsep ini sebenarnya tidak jauh beda dengan konsep yang selama ini dijalankan. Ujian Nasional dan Ujian Madrasah masih menjadi syarat mutlak kelulusan. Hemat penulis, konsep ini secara mendasar telah menyebabkan pengukuran mutu pendidikan Indonesia menjadi bias.
 
Secara praktis, pembiasan ini terjadi karena dua hal. Pertama,  adanya penyeragaman kriteria kelulusan untuk semua satuan pendidikan. Kedua, bertolak belakang dengan perencanaan dan pelaksanaan sistem kredit semester yang dijalankan oleh siswa.
 
Bagi satuan pendidikan di Indonesia, penyeragaman kriteria kelulusan merupakan hal yang harus dihindari. Alasannya, sampai hari ini ketimpangan-ketimpangan masih terjadi di daerah-daerah. Contoh nyata ketimpangan tersebut adalah ketimpangan fasilitas pendidikan dan ketimpangan tenaga pendidik. Hari ini harus kita akui bahwa perbedaan fasilitas pendidikan antara kota dengan desa begitu jomplang. Perkembangan fasilitas pendidikan di kota melaju kencang, sedangkan di desa kemajuan fasilitas pendidikan tidak lebih dari sekedar ilusi yang entah kapan terwujud.
 
Dalam dunia pendidikan, ketimpangan ini pada akhirnya akan menyebabkan proses pembelajaran antara desa dan kota menjadi timpang. Sekolah yang berada di kota dengan sekolah yang berada di desa akan mempunyai perbedaan yang cukup signifikan. Sekolah di kota akan mempunyai kualitas yang lebih baik.
 
Indikasi penguat hal ini bisa kita lihat pada hasil kelulusan Ujian Nasional (UN) yang sudah lewat. Sekolah-sekolah di desa mempunyai angka ketidaklulusan yang lebih tinggi dibanding sekolah yang ada di kota. Pada akhirnya penyeragaman syarat kelulusan ini hanya akan semakin memperkeruh kondisi pendidikan Indonesia.
 
Sementara itu dalam kaitanya dengan sistem kredit semester yang diterapkan, maka sejatinya menjadikan UN sebagai salah satu syarat kelulusan mutlak adalah hal yang bertolak belakang.
 
Seperti disebutkan diatas bahwa dalam proses perencanaan sistem sistem kredit semester, potensi serta minat dan bakat merupakan latar belakang utama pelaksanaan sistem ini. Setelah siswa memahami potensi yang dimilikinya maka kemudian siswa memilih mata pelajaran yang sesuai. Dari hal tersebut tentunya kita mendapatkan sebuah gambaran bahwasanyya potensi, minat dan bakat merupakan hal yang utama. Hal inilah yang kemudian akan dikembangkan oleh siswa disekolah dengan menerapkan sistem kredit semester.
 
Berdasar hal tersebut, maka sejatinya evaluasi dan penilaian yang dilakukan tidaklah bisa disamakan antara satu siswa dengan siswa yang lain, karena memang potensi satu siswa dengan siswa yang lain pasti berbeda. Ketika sistem evaluasi seperti Ujian Nasional di jalankan, maka menurut hemat penulis justru akan mementahkan langkah yang sedari awal sudah dibangun.
 
Sejatinya, tujuan pendidikan adalah usaha sadar untuk merubah peserta didik yang tentunya disesuaikan dengan minat, bakat serta potensi yang dipunyainya. Berdasar itu,  sehebat apapaun konsep yang dibuat tidak akan memberikan hasil yang signifikan jika tidak mengedepan potensi, minat serta bakat siswa yang tentunya sangat beragam. Termasuk penerapan sistem kredit semester sekalipun!

Jumat, 03 September 2010

sajaksasajak Wiji Thukul

Wiji Thukul sebenarnya belum meninggal seperti yang banyak diceritakan. Saya yakin dia masih ada di dunia ini. tentu saja dengan semua semangat membara dan revolusionedari sajaksajakanya.

sajaksajak Thukul di bawah ini saya copy dari blog temen. semoga bermanfaat!

Sajak Suara
Sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
Mulut bisa dibungkam
Namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
Dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku?!
Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
Di sana bersemayam kemerdekaan
Apabila engkau memaksa diam
Aku siapkan untukmu: pemberontakan!
Sesungguhnya suara itu bukan perampok
Yang ingin merayah hartamu
Ia ingin bicara
Mengapa kau kokang senjata
Dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?!
Sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
Ialah yang mengajari aku bertanya
Dan pada akhirnya tidak bisa tidak
Engkau harus menjawabnya
Apabila engkau tetap bertahan
Aku akan memburumu seperti kutukan!

Rabu, 01 September 2010

"Mengakrabi kedamaian gunung wayang"

Mengakrabi Kedamaian Gunung Wayang

Oleh Aang Kusmawan


Jika Anda merasa penat dengan kebisingan dan kesemrawutan kota, puncak gunung merupakan obat yang tepat untuk mengatasinya. Cobalah nikmati setiap embusan anginnya, cobalah lihat lereng-lereng gunung yang terhampar seperti permadani berwarna hijau, cobalah dinginnya kabut gunung yang turun perlahan, niscaya perlahan rasa penat itu akan perlahan tergantikan oleh perasaan damai dan lega. Puncak Gunung Wayang bisa menjadi salah satu dari tempat yang dimaksud tersebut.

Secara administratif Gunung Wayang berada di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Jika menggunakan kendaraan pribadi tempat ini bisa ditempuh selama kurang lebih selama empat jam dari pusat Kota Bandung, sedangkan dengan kendaraan umum bisa jadi jarak tempuhnya menjadi empat jam. Posisi Gunung Wayang diapit oleh beberapa gunung. Di sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Malabar, sebelah barat berbatasan dengan perbukitan Arjasari, sebelah timur berbatasan dengan Gunung Papandayan dan sebelah utara berbatasan dengan wilayah Majalaya.
Sampai di Kaki Gunung Wayang, terlihat kebun teh menghampar luas. Sangat menyegarkan. Namun sayang di beberapa sudut, terutama yang berdekatan dengan tempat tinggal penduduk, pohon-pohon teh sudah diganti dengan tanaman kentang dan wortel yang merupakan tanaman komoditas masyarakat Kertasari. Sejenak pemandangan tersebut mengajak memori penulis untuk mengingat kembali cerita-cerita novel sunda berlatar perkebunan teh yang indah, tetapi selalu dibenturkan dengan nasib pegawai perkebunan yang tidak pernah beranjak mapan. Dan realita yang ada di novel itu betul-betul dirasakan oleh penulis ketika itu.

ketika banjir membawa berkah

Ketika Banjir Membawa Berkah

Oleh Aang Kusmawan



Halaman rumah berdinding tembok itu terlihat becek. Disisi kanan rumah tersebut terlihat air masih menggenang. Begitu juga di sisi kiri, sisa-sisa lumpur sungai masih terlihat berceceran. Di atas tanah becek itu beberapa kursi di susun satu baris. Suasana cukup sunyi.  Itulah kondisi rumah bapak Dayat (55), salah satu penduduk di desa Leuwi Bandung kecamatan Dayeuh kolot yang rumahnya terkena luapan banjir dari sungai Citarum.

Siapa nyana, di rumah tersebut malam itu akan dilangsungkan sebuah acara sakral, yaitu pernikahan antara Cecep Yusup Maulana (42) dengan Nurhasanah (27), putrii pertama dari bapak Dayat.

Wa Cecep, begitu orang-orang disekelilingnnya memanggil, adalah kordinator Baraya Bandung, sebuah paguyuban yang berkonsentrasi pada kebencanaan. “ untuk saat ini fokus program Baraya Bandung lebih terkonsentrasi pada wilayah evakuasi korban banjir serta advokasi korban banjir Citarum kabupaten Bandung. Untuk kedepanya kami akan bergerak lebih dari itu, tapi tetap akan terfokus pada wilayah kebencanaan” begitu ungkap Wa Cecep ketika ditanya mengenai fokus program Baraya Bandung.

"Total footbal"



Total Footbal!
Oleh Aang Kusmawan


Kursi-kursi  plastik yang jumlahnya kurang lebih sepuluh itu di tata setengah lingkaran. Didepannya di simpan sebuah meja yang dilengkapi dengan kursi yang juga dari plastik. Hari itu, tanggal 12 Maret, pukul 14:00 dewan guru Madrasah Aliyah (MA) Sukasari Kabupaten Bandung akan mengadakan rapat persiapan menghadapi UN.

Penyelenggaraan UN itu sendiri akan berlangsung dari tanggal 22-28 Maret 2010. Hal ini berarti kurang dari sepuluh hari lagi UN akan diselenggarakan. Idealnya sepuluh hari menjelang pelaksanaan UN seharusnya sudah tidak ada lagi kegiatan selain menyiapkan peserta didik secara fisik dan mental. Bahkan jika berkaca pada sekolah-sekolah lain, khususnya di perkotaan, minggu-minggu terakhir menjelang UN adalah masa tenang di mana aktivitas pembelajaran sudah ditiadakan. Kalaupun ada kegiatan, paling kegiatan tersebut adalah bimbingan mental peserta didik berupa doa bersama dan motivasi diri.

"Mereka yang membangun mimpi dari atas gunung"

OSIS MA Sukasari
Mereka Yang Membangun Mimpi Dari Atas Gunung
Oleh Aang Kusmawan

“ Setiap hari saya hampir tidak punya waktu luang yang banyak untuk main. Saya bangun setiap hari pukul 4: 30. Setelah itu saya cuci muka, dan shalat subuh. Memerah susu sapi di setiap pagi buta menjadi pekerjaan rutin setiap hari. Agak siang sedikit, saya sudah harus pergi mengambil rumput untuk makanan sapi. Setelah itu istirahat sejenak untuk kemudian berangkat sekolah. Sepulang sekolah saya memberi makan sapi, lalu istirahat dan mengerjakan tugas-tugas dari sekolah. Setelah itu tidur. Seharusnya saya sore tadi mencari rumput, tapi karena saya ingin punya banyak pengetahuan, saya rela tidak mencari rumput. Saya ingin punya banyak pengetahun. Saya ingin di masa depan nasib saya berbeda dengan bapak saya. Saya ingin menjadi orang kaya yang membahagiakan keluarga saya” (Gunung wayang, 30 Februari 2010, pukul 23:23 wib)

Kata-kata diatas mengalir lirih dari mulut Atep Alimudin (17) Salah seorang peserta pelatihan dan lokakarya perumusan program OSIS MA Sukasari. Kata-kata itu di ucapkan di sesi citra diri. MA Sukasari adalah satu-satunya MA yang berada di kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Satu kecamatan yang berada di dataran tinggi Bandung selatan. Posisinya diapit oleh deretan pegunungan yang lereng-lerengnya dijadikan sebagai perkebunan teh dan palawija.

"pada awalnya adalah sebuah kegelisahan"

ini adalah muara dari segala kegelisan